Wawali Hadiri Piodalan HUT Pura Agung Wanakertha Purnama Kalima Tahun 2022

oleh -
oleh
Wakil Wali Kota Palu dr. Reny A Lamadjido, Sp, PK, M.Kes menghadiri Piodalan HUT Pura Agung Wanakertha Purnama Kalima Tahun 2022. FOTO : Humas Pemkot Yusuf

PALU, SULTENGNEWS.COM – Wakil Wali Kota Palu dr. Reny A Lamadjido, Sp, PK, M.Kes menghadiri Piodalan HUT Pura Agung Wanakertha Purnama Kalima Tahun 2022. Kegiatan yang diinisiasi Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota Palu dilaksanakan, Selasa (8/11/2022) pukul 17.00 Wita.

Di kesempatan tersebut, Wakil Wali Kota Palu berkesempatan menyapa dan menyempatkan diri foto bersama serta sekaligus menyapa seluruh umat Hindu yang hadir di kegiatan tersebut. Bahkan Wakil Wali Kota juga menyaksikan tarian  Rejang Dewa.

Di kesempatan tersebut, Wakil Wali Kota Palu menyampaikan selamat dan sukses atas terselenggaranya kegiatan Piodalan HUT Pura Agung Wanakertha Purnama Kalima Tahun 2022.

Disebutkannya, bahwa kegiatan ini sangat bagus karena disitulah jelas terlihat kekompakan yang terjalin, semangat kekeluargaan, apalagi yang membuat saya sangat kagum adalah antusias yang sangat besar dari kedatangan ummat Hindu tak hanya dari kota palu juga dari daerah lainnya.

Selain itu di kegiatan ini juga adalah bagaimana kebersihan sangat dijaga dengan baik. Tentunya ini juga menjadi dukungan Palu menuju Adipura. Di kesempatan tersebut juga disampaikan salam hangat dari Wali Kota Palu H. Hadianto Rasyid, S.E kepada umat Hindu di pura ini.

Sementara itu, Ketua Panitia Piodalan HUT Pura Agung Wanakertha Purnama Kalima Tahun 2022 Drs I Made Sukarta, M.Si menyebutkan bahwa umat Hindu di Kota Palu melaksanakan prosesi upacara Pujawali XI yang bartepatan dengan Purnama sasih Kaima Purmehagung Pura Agung Jagad Natha.

Upacara Pujawali ini merupakan bagian dari Dawa Yajna yang berarti memuja kembali keagungan Tuhan pada hari yang sudah ditentukan Pujawali adalah hari jadi Pura Agung Jagadnatha yang diisi dengan aktivitas spmilusi berupa spiritual keagamaan guna menumbuhkan keimanan umat Hindu di Kota Palu Khususnya dan Umat Hindu Provinsi Sulawasi Tengah pada Umumnya Yang kepuput oleh Ida Resi Kesawa Lingga.

Hadir pada kesempatan tersebut,  Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tengah, Ketua Parisada Prov. Sulawesi Tengah, Katua LPDG Provinsi Sulawesi Tengah, Parisada Kota Palu,  Penyelenggara Bimas Hindu Kantor Kamenterian Agama Kabuapen/Kota, Penyuluh Agama Hindu Kanwii kementerian Agama Provinsi Sulawei Tengah,  WHDI Prov Sulawesi Tengah WHDI Kota Palu, Ketua BPH Provinsi Sulawesi Tengah dan kelembagaan Umat Hindu di bawah naungan PHDI Prov Sulawat Tengah.

Hal senada juga disampaikan Ketua  Parisade Hindu Dharma Sulteng Drs. I Nengah Wandre, M.Si bahwa upacara Piodalan atau yang disebut juga sebagai pujawali, petoyan atau petirtaan. Piodalan merupakan rangkaian upacara Dewa Yadnya yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widi pada sebuah pura atau tempat suci.

Biasanya, prosesi odalan atau hari besar tersebut dipimpin oleh orang suci seperti Pemangku ataupun Pendeta.

Ulang Tahun Tempat Suci  Piodalan berasal dari kata wedal yang memiliki arti keluar atau lahir. Jadi, layaknya kita merayakan hari ulang tahun, saat peringatan upacara Piodalan (odalan) tersebutlah ditetapkan sebagai hari lahir sebuah Pura atau bangunan suci.

Dengan kata lain, piodalan/pujawali/petoyan merupakan peringatan hari lahirnya sebuah tempat suci umat Hindu.

Rangkaian selanjutnya adalah Melasti bertujuan untuk menyucikan sarana dan prasarana upacara yang digunakan dalam perayaan pujawali Piodalan HUT Pura Agung Wanakertha.

Pujawali adalah hari berdirinya sebuah pura dan merupakan tonggak berdirinya sebuah pura. Melasti juga bertujuan untuk memohon kesucian lahir dan batin serta memohon tirtha amertha yang bermanfaat dalam kehidupan umat Hindu.

Upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji Swamandala yaitu Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana,” yang artinya: Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran alam.

Lebih lanjut dalam dalam Lontar Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah: Amet sarining amerta kamandalu ring telenging sagara, yang artinya: Mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Kamandalu) di tengah-tengah samudera.

Sumber lain menyebutkan bahwa tujuan pelaksanaan melasti adalah menyucikan sarana prasarana, pratima dan wastra: Pesucian dewa kalinggania pamratista bethara kabeh yang artinya Mensucikan sthana para dewa.

Jadi tujuan Melasti di samping membersihkan sarana dan prasaran upakara, pratima, wastra adalah juga untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari kehidupan di tengah samudera.

Samudera adalah lambang lautan kehidupan yang penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudera kehidupan itulah, kita mencari sari-sari kehidupan.

Umat begitu antusias mengikuti prosesi Melasti dari awal hingga akhir acara. Dari acara melasti ini diharapkan terjadi perubahan sikap spiritual umat Hindu di Kota Palu dan di Sulteng pada khususnya.

Terjadi peningkatan kualitas spiritual sehingga terjadi perubahan sikap yang pada akhirnya bisa mencapai pencerahan batin.

Selanjutnya adalah Upacara Purwa daksina, yaitu berjalan mangelilingi padmasana dengan membawa pratima-pratima searah jarum jam sambai mengulang ulang nama Suci Tuhan Purwa Daksina merupakan salah satu prosesi pujawali yang mengandung makna bahwa kita harus mengagung-agung nama suci Tuhan.

Yang kedua adalah bahwa kita sebagai manusia harus ikut memutar roda kehidupan di jalan kebenaran, Jika tidak maka kita akan bisa bertahan hidup, demikian pula jika kita keluar dari jalan dharma maka kita akan mendapatkan hukumanya.

Dalam mengarungi kehidupan ini terkadang kita mengalami suka dan duka yang datang silih berganti Hukum rta ini tidak bisa dihindari oleh manusia Penderitaan yang muncul akibat kegiatan kerja yang kita lakukan ibarat bisa, atau racun (wisaya) yang keluar dari proses pengadukan lautan kehidupan.

Sebaliknya kebahagiaan yang muncul dari kegiatan kerja kita Ibarat tirha amertha yang memuaskan dahaga kita. Jika salah kita memutar roda kehidupan, maka bukanya madu yang kita dapatkan melainkan racun.

Tetapi terkadang walau kita sudah memutar roda kehidupan di jalan kebenaran tetapi kita masih saja mendapatkan racun (wsaya), itu adalah bagian dari hukum rta yaitu, lahir-mati, penyakit, usia tua, dan penderntaan (janma mertyu jara wyadi duhka dosa nudarsanam).

Manusia tidak bisa terhindar dari hukum rta, tetapi jika kita di jalan dharma maka penderitaan itu akan tetap tetapi kita diberikan kekuatan batin untuk menghadapinya.

Pujawali merupakan salah satu cara untuk tetap menegakkan dharma dan membumikan, melestarikan ajaran Weda. Sebagaimana kita ketahui dalam sastra suci bahwa makhluk hidup berasal dan makanan, makanan berasala dari tumbuhan, tumbuhan berasai dari hyan hujan berasal dari yajna, dan yajna sendiri bisa terlaksana karena kegiatan kerja (karma).

Maka kegiatan Yajna, bersedekah, tapa brata dan kegiatan kerja tidak boleh kita tinggailkan karena itu adalah pensuci bagi orang yang memuja Tuhan Semoga Umat antusias mengikuti rangkamn acara Puja wali ini dari awal sampa akhir.(*/ZAL)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.