PALU, SULTENGNEWS.COM – Mahasiswa, dosen, hingga alumni kampus terbesar di Sulawesi Tengah, Universitas Tadulako (Untad), kini sedang ramai memberikan pandangannya soal hukuman disiplin yang dijatuhkan pada mantan Rektor Untad 2011-205 dan 2015-2019, M. Basir Cyio.
Menanggapi pandangan Mahasiswa Universitas Tadulako, Fajri dan Komang, yang dilansir media ini, Buyung Pelealu, S.Hut., menyatakan rasa bangganya.
Buyung, yang jebolan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako ini mengatakan jika pandangan Fajri dan Komang yang sangat dewasa, membuatnya merasa bangga. Pasalnya, kata Buyung, cara berpikirnya melebihi dewasanya orang Dewasa.
Memang banyak orang dewasa saat ini tetapi dalam memberi pandangan dan cara berpikir terhadap suatu peristiwa, jauh lebih rendah dibandingkan anak muda mahasiswa yang masih dalam fase Pendidikan, tegas Buyung.
Menurut Buyung Pelealu S.Hut, apa yang menimpa Pak Cyio, adalah cara Tuhan menunjukan pada seluruh masyarakat dan keluarga Untad, bagaimana seharusnya seorang Pemimpin, yang bukan hanya bisa memerintah tetapi juga harus siap menerima risiko tanggungjawab.
“Beliau ini sosok pemimpin yang memang berhati Nurani dalam bersikap namun kokoh mentalnya, dan ini saya rasa tidak banyak pemimpin di negeri ini, apalagi di Untad yang seperti Basir Cyio, katanya.
Saya rasa, lanjutnya, bukan hanya sekarang Ayahanda kita ini diterpa persoalan, saat Pak Cyio jadi Rektor juga secara terang-terangan serangan dan cobaan datang silih berganti, namun dihadapi dengan tenang.
Pernahkah kita lihat marah dan memaki orang yang menghantamnya? Sama sekali tidak. Sepertinya itu Allah titipkan kepada Pak Basir, yang selalu rela menghadapi yang terpahit sekalipun”, kata Buyung.
Bukan kita menormalisasi kekhilafan yang menimbulkan risiko bagi seorang Pimpinan seperti Pak Cyio, tapi kita harus realistis bahwa jika dia masih manusia maka salah, khilaf, dan dosa adalah hal pasti yang akan terjadi, urau Pelealu.
Saya Cuma mau tanya, dan saya sependapat dengan dinda Fajri dan Komang yang masih mahasiswa, apakah ada jaminan pejabat yang masih enak-enak di kursinya saat ini tidak akan merasakan ujian? Bahkan saya yakin, akan ada nanti pejabat dan mantan pejabat beberapa tahun ke depan yang akan berhadapan cobaan yang lebih berat dari apa yang menimpa Pak Cyio saat ini.
“Kita pun harusnya bertanya pada diri sendiri, apakah kita ini bisa bersih? Jadi yah, ini bukan hanya Pak Cyio yang diuji tapi juga kita tentang bagaimana kita bisa melihat orang, bukan hanya dari keburukannya saja, tapi coba di tarik-tarik lagi sejarahnya,” ungkapnya.
“Ribuan mahasiswa yang sudah pernah terancam DO, di selamatkan oleh Bapak kita ini. Bukan cuma memberi kemudahan, tetapi tidak sungkan-sungkan batambah kita punya uang SPP. Basir Cyio memang bukan malaikat, tetapi tanya orang di luar sana yang cara berpikirnya bersih dari politik dan iri, pasti akan memberi jawaban yang netral dan jujur”, kata Buyung
Buyung mengungkapkan bahwa Rektor sebelum Muhammad Basir Cyio juga orang-orang hebat, tapi Ia menganggap bahwa pantas jika kita sebut Dosen Faperta ini sebagai pembawa perubahan besar di Kampus Bumi Kaktus.
“Infrastruktur jauh lebih baik, sistem pembelajaran sangat luar biasa, apalagi sikap Pak Cyio juga sangat ramah dengan kami mahasiswa pada saat itu dan saya rasa sampai sekarang. Belum pernah ada WA kita ke beliau tidak dibalas. Pejabat lain malah memblok nomor kita”, tegasnya.
Jadi marilah kita refleksikan diri masing-masing dan berdoa semoga kesejukan bisa selalu ada di Almamater kita tercinta. Dan ke depan lebih baik dari Pak Cyio, yang menolak disebut Prof karena sudah dijatuhi sanksi 12 bulan.
“Saya jujur, bangga dengan Adinda Fajri dan Komang, saat membaca bagaimana dia secara dewasa, yang mungkin lebih dewasa dari yang sudah dewasa dari sisi usia saat menanggapi persoalan Pak Cyio, dengan pandangan yang matang, baik terkait CPNS maupun di IPCC yang mungkin kalalain staf, katanya.
Lalu di mana suaranya orang -orang yang menitip-nitip nomor test kala itu, yang sekarang mungkin sudah enak-enak jadi dosen dan keluarganya merasa di atas angin, sementara mantan Rektor tahun 2018 harus menanggung risikonya. “Jangan bersedih ayahanda, kami kirimkan doa terbaik”, pungkas Buyung Pelealu Sarjana Kehutanan.(*/zal)