PALU, SULTENGNEWS.COM -Sebagai bentuk kepatuhan dan ketaatan sepenuh hati atas sanksi Mendikbudristek ke Mantan Rektor Untad dua periode itu, maka Muhammad Basir Cyio telah mengingatkan Direktur Pascasarjana dan Dekan Faperta.
Informasi yang disampaikan kepada Direktur Pascasarjana dan Dekan Fakultas Pertanian, berikut sejumlah tembusannya, tidak lain untuk mengingatkan agar TMT 2 Mei 2023 sampai 2 Mei 2024, untuk jangka waktu 12 bulan tidak mencantumkan jabatan akademik PROFESSOR pada semua dokumen yang berkenaan dengan penugasan.
“Saya telah menyampaikan ke Pak Dir Pasca dan Pak De Faperta mengenai civil effect atas sanksi terkait dengan jabatan akademik yang saya terima”, kata Basir Cyio membenarkan adanya pemberitahuan yang disampaikan ke sejumlah pihak melalui pesan Chat via WhatsApp.
Menurut Basir, selain mengingatkan Direktur Pasca dan jajarannya (Wadir dan Koordinator Prodi) juga kepada Dekan Faperta dan para Wadek agar kepatuhan saya atas sanksi tersebut dapat terwujudkan.
Terutama dalam pencantuman jabatan akademik pada nama yang membutuhkan bubuhan tanda tangan pada lembar pengesahan karya ilmiah mahasiswa bimbingan termasuk dokumen lainnya.
Sanksi ini sendiri dijatuhkan terkait dengan penerimaan CPNS dosen tahun 2018. Menurut Basir, pihaknya tidak tahu persis yang menitip.
“Yang lewat saya itu titipan Prof Mahfudz, ponakannya lulusan FK Unhas dan saya teruskan ke Pak Kabag untuk dicek”, kata Basir.
Ditanya soal titipan lainnya lewat Kabag, yang konon ada juga titipan Prof Amar, Basir mengatakan jika yang Pak Amir sebut-sebut memang ada, tapi Pak Amir yang banyak tahu ini, kalau tidak salah nama perempuan, kata Basir.
Namun demikian, karena saya dan Pak Amir sudah disanksi, maka harapannya, jangan lagi mereka dipersoalkan dan biarlah jadi dosen yang pandai bersyukur kepada Allah SWT, kata Basir.
Basir menambahkan, jika atas sanksi itu, lalu ada Bimbingan saya ingin dosen pembimbingnya tertulis Profesor di lembar pengesahan karya tulisnya, maka Basir mengaku tidak keberatan kalau diganti dan saya menjadi pembimbing anggota. Jadi tergantung mahasiswanya, tegas Basir.
Kalau mahasiswa yang bidang Pertanian, banyak yang bisa gantikan saya jika mahasiswa menginginkan. Misalnya Prof Mahfudz yang juga mantan rektor. Beliau itu jauh lebih hebat dari saya dan juga Guru besar lainnya, tegas Basir.
Saat ditanya jika ada oknum yang dulu koleganya merasa bahagia dan menari-nari atas sanksi yang diterima, Basir Cyio mengatakan jika kita jangan halau kebahagiaan seseorang.
Sanksi yang saya terima adalah sebuah chapter baru yang dapat menambah warna kehidupan dalam putaran waktu berikutnya. Jangan disesali tapi diterima dengan ikhlas dan kita tidak boleh menyalahkan orang lain.
Hidup ini, kata Basir, penuh dengan drama kehidupan yang setiap episodenya membawa maknanya masing-masing. Semakin banyak episode ujian yang kita terima semakin banyak pula hakikat kehidupan yang kita raih dari Allah SWT.
“Saya waktu rektor pernah sanksi anak-anakku sendiri, hari ini saya disanksi. Dulu ada orang jadi penyidik, hari ini dia disidik seperti Irjen Ferdy Sambo dan Irjen Teddy Minahasa.
Dulu Ada Hakim mengadili terdakwa, hari ini Ada Hakim jadi terdakwa. Dulu Ada Auditor hebat, hari ini dia diaudit dan jadi tersangka”, tutur Basir memberi ilustrasi atas roda sebuah kehidupan.
Adakah jaminan mereka yang saat ini masih ketawa dan merasa di atas angin kelak tidak akan menerima ujian pada putaran waktu berikutnya?
Hanya Allah yang tahu jawabannya. Dialah pemilik kekuasaan sebagai “Omni poten”, kata Basir mengakhiri penjelasannya sembari mengatakan jika ikhlas adalah kunci segalanya dalam menjangkau ujian apapun ragam dan jenisnya.ZAL