PALU, SULTENGNEWS.COM – Proyek Bangunan 4 lantai milik kampus UIN Datokarama Palu yang dibangun dengan menggunakan nilai rupiah sekitar 120 miliar rupiah lebih, tidak sesuai dengan waktu yang telah disepekati bersama berakhir pada bulan September 2022, tahun ini.
Artinya, saat ini dengan progres penyelesaian pekerjaan yang baru 80 persen dan sering mengalami adendum (perubahan klausal kontrak proyek), Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) PUPR Sulawesi Tengah mendorong pelaksana proyek (kontraktor) untuk selesai menyelesaikan seluruh tahapan pekerjaan pada akhir tahun ini.
Kepala Seksi (Kasi) Wilayah I BPPW PUPR Sulawesi Tengah Aksa H. Mardani, mengatakan, memang untuk proyek pembangunan gedung 4 lantai UIN Datokarama Palu telah mencapai sekitar 80 persen dari tahapan pengerjaannya.
Proyek bangunan gedung UIN Datokarama Palu sendiri, sangat dinamis karena sering mengalami beberapa perubahan (adendum), baik perubahan dari struktur, pondasi hingga kemudian masuk ke dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan proyek.
“Jadi ada beberapa kali adendum yang dilakukan. Artinya adendum itu dilakukan untuk memaksimalkan sesuai dengan volume di lapangan,” urai Aksa kepada SultengNews.com, Senin (31/10/2022).
“Namun tetap kami mengusahakan dengan memberikan warning kepada pihak kontraktornya, supaya di akhir tahun ini harus selesai dikerjakan,” sebutnya.
“Harusnya bulan September tahun ini sudah selesai. Kalau seandainya juga di bulan Desember dia juga tidak bisa selesaikan, mungkin kita pikirkan sanksinya nanti. Artinya ini kelalaian dari dia,” katanya menambahkan.
Bangunan dengan 4 lantai yang dibangun menurutnya, terdiri dari yang pertama ruang kelas sekitar 40 unit, IT Center, ruang auditorium berkapasitas sekitar seribu orang lebih, Gedung TK, serta penambahan bangunan penyimpanan Gardu Listrik.
“Proyek ini dibangun selain sebagai ruang perkuliahan UIN Datokarama Palu juga sebagai ruang tsunami Celter di lantai 3 dan 4,” kata Aksa.
Kemudian, memang diakui pula bahwa adanya keterlambatan dari penyelesaian proyek 120 miliar rupiah tersebut tidak lain juga karena disebebakan oleh ketersediaan bahan material proyek yang dibutuhkan.
“Untuk bahan material ini memang juga kendala, karena bahan material di Palu tidak ready. Umumnya bahan material di ambil dari Makassar, Surabaya, sehingga itu butuh transportasi,” sebut dia.
“Memang sudah di desain, direncanakan demikian, karena ini berhubungan dengan pihak lain (penjual bahan material). Pihak lain juga mungkin punya kendala, dan harus dipahami secara bersama,” jelas Aksa kepada SultengNews.com.ZAL