Pedagang Eceran Pasar Inpres Manonda Palu Naikkan Harga Cabai Imbas Kenaikan Harga BBM

oleh -
oleh
Pedagang yang berjualan di pasar Inpres Manonda Palu. FOTO : Mohammad Rizal/SultengNews.com

PALU, SULTENGNEWS.COM – Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi ikut menaikkan harga kebutuhan pokok di pasar Inpres Manonda Palu.

Diantaranya cabai merah yang dijual oleh pedagang eceran sudah mengikuti kenaikan dari harga BBM, dari semula ukuran mangkok kecil yang dijual 5 ribu rupiah kini telah dijual dengan harga 10 ribu rupiah per mangkoknya.

Sementara untuk ukuran mangkok besar dijual dengan harga 15 ribu rupiah dari yang sebelumnya hanya dijual per mangkok besar yakni 10 ribu rupiah.

Nurlin (31), pedagang eceran Cabai, mengatakan, setelah pemerintah pusat menaikkan harga BBM bersubsidi tentunya barang dagangan yang dijual pun ikut dinaikkan, diantaranya harga cabai.

Kenaikan ini menurut Nurlin, karena selain dengan pertimbangan ongkos ojek yang ikut naik juga, dari pembelian pertama dari pihak penjual pun telah menaikkan harga cabai tersebut.

“Ikut naiklah, kan kita beli sama penjual pertama juga naik perkilonya,” ungkapnya kepada SultengNews.com saat ditemui langsung dilokasi pasar Inpres Manonda Palu, Rabu (14/9/2022).

“Semua ikut naik, ojek pun naik,” katanya menambahkan.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kiki (33), soal kenaikan harga BBM dari pemerintah pusat tetap akan berimbas kepada pedagang eceran dalam upaya menaikkan harga jualan untuk mempertahankan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Apalagi, setelah kenaikan harga BBM semuanya pun ikut naik, termasuk dengan biaya atau jasa dari ojek online yang setiap harinya digunakan sebagai alat penghubung antara rumah ke pasar Inpres Manonda Palu untuk berjualan.

“Naik ojek mulai mahal, biasanya pakai aplikasi Maxim, Grab dan Ojol, biasanya dari jalan Jamur ke pasar hanya 8 ribu mau g mau sekarang bayarnya 10 ribu rupiah. Itu baru berangkat, gimana dengan baliknya lagi, terus dihitung setiap hari dengan menggunakan jasa online,” sebut Kiki.

“Sementara kadang jualan tidak habis terjual, ada sisa dibawa kembali ke rumah,” ujarnya.

Kiki jelaskan, mustahil jika kenaikan harga BBM dari kebijakan pemerintah pusat tidak berimbas kepada kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya.

Untuk itu, harap Kiki, Pemerintah Kota Palu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, dan Pemerintah Pusat, agar lebih mempertimbangkan sisi kemanusiaan sebelum mengambil kebijakan untuk menaikkan harga, misalnya dengan menaikkan harga BBM dan sejenisnya.

“Ya, kalau bisa ada pertimbangan dari sisi kemanusiaan lah. Kasihan kami ini warga kecil yang selalu jadi sumber atas kekeliruan dalam kebijakan,” jelasnya.ZAL

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.