PALU, SULTENGNEWS.COM – Nama Ridha Saleh kini mulai menarik perhatian publik kota Palu. Pasalnya, Ridha Saleh yang saat ini jabat Tenaga Ahli Gubernur Sulawesi Tengah memiliki komitmen yang kuat untuk membangun kota Palu.
Lalu, seperti apa gagasan atau pikiran yang dituangkan oleh Ridha Saleh ketika diamanahi nantinya jika terpilih dan jabat Wali Kota Palu pada pemilihan Kepala Daerah tahun 2024 mendatang.
Simak penjelasan langsung Ridha Saleh saat diwawancarai oleh awak media ini di kediamannya, Jumat (28/4/2023) pagi.
Dalam keterangan resminya, Ridha Saleh mengungkapkan, ada beberapa poin mendasar berkeingan dan serius untuk maju dalam pemilihan Wali Kota Palu. Yang pertama berkeinginan untuk membangun kota Palu karena kota Palu butuh percepatan pembangunan yang inklusif dan modern.
“Kita butuh orang yang memiliki rasa empati terhadap kota Palu. Itu yang membuat saya harus berpikir serius untuk membangun kota Palu,” urainya kepada SultengNews.com.
“Kedua untuk membangun kota Palu, yah, harus yang berkuasa di kota Palu, misalnya menjadi Wali Kota. Berperan dengan kebijakan, politik, untuk berperan bagaimana cepat membangun. Ketiga, saya berkeinginan dan ikut untuk maju Wali Kota namun, seperti yang saya sampaikan, saya harus rasional. Jadi, rasionalisasi itu dibuktikan melalui dua indikator. Pertama adalah hasil survey dan kedua respon atau dukungan dari masyarakat. Saya tetap rasional, kalau responnya bagus melalui survey ini kita jalan dan kita tetapkan untuk maju, tetapi kalau tidak bagus, maka kita harus pikirkan kembali. Sejauh ini, Alhamdulillah respon publik kota Palu sangat baik,” katanya menambahkan.
Kemudian, saat ditanyakan soal partai pendukung karena salah satu pilar maju Pilwalkot harus memiliki perahu atau partai pengusung, Ridha Saleh, dengan tenang menjawab, secara eksplisit dirinya sudah berkomunikasi dengan 4 top leader dari masing-masing partai.
“Saya belum sampaikan secara ekplisit tetapi saya sudah berkomunikasi dengan 4 partai, berkomunikasi dengan top leadernya. Alhamdulillah ada responnya baik, peluangnya besar sekali,” sebutnya.
Daerah kota Palu, menurutnya, ada 14 masalah mendasar yang perlu ditangani secara serius. Namun secara lebih sederhana, dari 14 masalah tersebut dikerucut menjadi 4 poin yang mestinya segera dan secepatnya untuk ditangani secara serius.
Apa saja 4 masalah pokok yang mendasar tadi, Ridha Saleh menguraikan dari permasalahan keluhan publik soal kebersihan, air bersih, infrastruktur dan kesehatan.
“Kita sudah melakukan survey masalah di kota Palu. ada 14 persoalan mendasar yang dikeluhkan oleh publik kota Palu. Dari kebersihan, air bersih, infrastruktur, kesehatan, dan lainnya. Dari 14 masalah tersebut kita spesifikasikan atau dikerucutkan menjadi 4 masalah dasar. Sekarang, system pengelolaan sampah tidak dilihat sebagai manfaat di kota Palu hari ini. Kami sekarang melihat sampah itu memiliki manfaat. Kita akan menangani sampah dengan satu system sirkular atau ekonomi sirkuler. Kita berfikir, sampah itu harus di desentralisasi atas penanganan dan pemanfaatannya, kita akan perkuat kelurahan,” sebutnya.
“Kita akan kelolah sampah yang ada di masing-masing kelurahan. Jadi, sampah itu ada manfaatnya. Hari ini, tempat pengolaan sampah di masing-masing kelurahan tidak ada. Kami rencananya bakal membuat unit usaha kelurahan pengelolaan sampah manfaat, selain ada unit-unit usaha yang dapat diperdayakan di masing-masing kelurahan nantinya,” sebut Ridha Saleh.
“Jadi, masing-masing kelurahan ada sendiri pendapatannya yang memiliki kontribusi nantinya atas pendapatan di daerah,” katanya.
Dia beranggapan, kelurahan secara birokrasi, secara sosilogis atau secara politis yakni melayani publik, tidak bisa berbisnis sama sekali.
“Oleh karena itu, kita buatlah satu unit usaha kelurahan seperti di desa yang namanya Bumdes. Unit usaha kelurahan ada centolan hukumnya. Nah itu kita buat, didalamnya mengelolah dan memanfaatkan sampah, salah satu pilar nantinya yang bisa menghasilkan nilai ekonomi,” kata dia.
Lalu bagaimana caranya, bisa melalui pengelolaan bank sampah, workshop pengelolaan sampah dan sejumlah program-program yang dapat memberdayakan masyarakat kelurahan untuk bisa menghasilkan nilai pendapatan ekonomi.
Artinya jelas dia, ketika sampah sudah di kelolah di masing-masing kelurahan, maka fungsi dari keberadaan TPA hanya untuk pembuangan sisa-sisa sampah yang sudah tidak ada manfaatnya lagi.
“Jadi, sampah rumah tangga ini tidak langsung ke TPA tetapi di kelolah dahulu di kelurahan, lalu sisa sampah yang tidak bisa dikelolah dibawa ke TPA. Untuk sampah yang ada di hotel, sampah yang ada di pasar-pasar tradisional, semuanya nanti di kelolah langsung oleh DLH Kota Palu. Tetapi unit pengelolaan sampah di kelurahan memiliki akses untuk bisa meminta ke DLH atas pengelolaan sampah yang ada di hotel, pasar dan sejenisnya. Ini system yang akan kita bangun nantinya,” harapnya.
Disinggung soal nilai penghasilan bulanan dibawah dari UMR bagi Petugas Padat Karya, Ketua RT dan RW, Ridha Saleh berjanji dan berkomitmen, jika terpilih nantinya sebagai Wali Kota Palu, bakal akan memartabatkan petugas Padat Karya dan RT/RW yang ada di kota Palu.
“Petugas padat karya, betul-betul kita karyakan, lebih bermartabat disitu. Petugas padat karya bukan hanya dinaikkan gaji tiap bulannya, tetapi dia berhak menerima UMR, begitu pun sebaliknya dengan RT/RW. Kalau unit usaha di masing-masing kelurahan berjalan, maka RT/RW, Petugas Padat Karya, karyanya itu sudah setara dengan pekerja yang mendapatkan UMR. Kita justru punya program untuk Petugas Padat Karya dengan konsep memartabatkan Petugas Padat Karya. Harus begitu, hal ini untuk menambah nilai ekonomi bagi keluarganya masing-masing, dan kami sudah ada konsep,” tegasnya.ZAL