Berkunjung ke Provinsi Aceh, tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi titik Kilometer Nol Indonesia di Kota Sabang. Hal itulah yang mendorong saya dan para peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke II Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) untuk mengunjungi destinasi wisata Kilometer Nol Indonesia pada Ahad (13/11/2022).
Oleh : Mahful Haruna
Perjalanan menuju Kilometer Nol Indonesia di Kota Sabang, dimulai dengan Kapal Laut jika kita berangkat dari Kota Banda Aceh. Kapal yang menuju ke Kota Sabang atau lebih dikenal luas dengan nama Pulau Weh, setiap harinya berangkat dari Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh pada pukul 08.00 Wita dan begitu pun sebeliknya berangkat dari Pelabuhan Sabang ke Aceh juga pukul 08.00 Wita setiap hari.
Rombongan peserta Rakernas JMSI, sudah mulai riuh di ruang makan hotel Arabia tempat menginap pada pukul 06.00 WIB karena pukul 08.00 WIB akan berangkat menuju Kota Sabang mengunjungi Kilometer Nol Indonesia.
“Ayo pak segera sarapan ya..! tepat pukul 07.00 WIB, kita akan meninggalkan hotel menuju pelabuhan karena kapal berangkat ke Sabang pukul 08.00 WIB. Jadi langsung chek out hotel ya, karena kita akan menginap di Sabang malam ini,” kata salah seorang panitia kepada para peserta Rakernas JMSI.
Tepat pukul 07.00 WIB, rombongan Rakernas JMSI meninggalkan Hotel Arabia di Banda Aceh menuju pelabuhan Ulee Lheue untuk selanjutnya menyebrang ke Pulau Weh atau bisa juga disebut Pulau Sabang lokasi Kilometer Nol Indonesia.
Tepat pukul 08.09 menit, kapal yang membawa rombongan Rakernas JMSI Sulteng meninggalkan pelabuhan Ulee Lheue menuju Kota Sabang dengan mengarungi lautan lepas yang pernah memporak porandakan Kota Banda Aceh saat terjadi Tsunami 26 Desember 2004 silam.
Cuaca sedikit kurang bersahabat karena ada rintik – rintik hujan dan gelombang sedit besar, sehingga membuat kapal yang ditumpangi rombongan Rakernas bersama puluhan warga Sabang yang ikut di dalam kapal itu sedikit tegang karena ombak yang mengguncang kapal.
Syukur Alhamdulillah, perjalanan itu lancar dan rombongan tiba sekira pukul 09.00 Wita di Pelabuhan Sabang. Panitia lalu mengarahkan rombongan Rakerna JMSI untuk menaiki mobil yang telah disediakan Pemerintah Kota Sabang untuk membawa rombongan ke Rumah Jabatan Wali Kota Sabang.
Tiba di Rumah Jabatan Wali Kota Sabang, rombongan disambut tarian penyambutan tamu oleh para remaja di Kota Sabang serta Pejabat Wali Kota Sabang Reza Fahlevi. Setelah prosesi penyambutan selesai, Pejabat Wali Kota Sabang lalu mengajak rombongan Rakernas JMSI masuk ke pendopo dan mempersilahkan rombongan untuk menyantap makanan yang telah disediakan di meja makan.
Usai makan bersama, Pejabat Wali Kota Sabang mengajak rombongan foto bersama di lokasi tak jauh dari Rumah Jabatan yang view nya langsung ke laut selat Malaka. Setelah puas foto – foto di lokasi itu, rombongan lalu meninggalkan Rumah Jabatan Wali Kota Sabang menuju Kilometer Nol Indonesia.
Jarak tempuh dari Rumah Jabatan Wali Kota Sabang ke titik Kilometer Nol Indonesia, kurang lebih 25 Kilometer dengan waktu tempuh sekira satu jam perjalanan darat menggunakan bus damri melewati jalan yang berkelok – kelok serta penurunan dan tanjakan yang membuat jantung sedikit berdebar kencang.
Beruntung jalan menuju titik Kilometer Nol Indonesia yang berada di ujung Pulau Weh, semuanya sudah diaspal mulus sehingga perjalanan itu sangat menyenangkan dan tak terasa tepat pukul 11.30 WIB rombongan tiba di titik Kilometer Nol Indonesia itu.
Setelah tiba di lokasi itu, masing – masing rombongan langsung memilih tempat yang pas untuk jepret – jepret sebagai koleksi dan kenangan sudah berkunjung ke destinasi wisata ikonik di Kota Sabang itu. Puas dengan foto masing – masing, panitia lalu meminta rombongan untuk berkumpul untuk foto bersama dan melakukan deklarasi kebangsaan.
Warga setempat memanfaatkan destinasi wisata Kilometer Nol Indonesia ini dengan menjual berbagai pernak – pernik oleh – oleh seperti baju kaous yang dijual dengan harga bervariasi mulai dari 100 ribu per tiga lembar hingga 150 perlembar. Tentu saja harga itu, disesuaikan dengan bahan dan kualitas prodaknya. Semua kaos itu, terdapat tulisan nama Sabang dan Kilometer Nol Indonesia.
Ada juga pakaian gamis dan daster untuk wanita, topi, gelang, miniature tugu Kilometer Nol Indonesia, serta pernak – pernik lainnya. Selain itu, terdapat juga kuliner dan cemilan yang memanjakan lidah seperti pisang goreng, keripik dan berbagai jenis kuliner dan cemilan lainnya.
Dari semua oleh – oleh yang bisa dibawa pulang dari Kilometer Nol Indonesia itu, ada satu oleh – oleh yang luar biasa bisa dibawa pulang sekaligus sebagai bukti kongkrit bahwa kita sudah pernah berkunjung ke Kilomater Nol Indonesia yakni SERTIFIKAT kunjungan yang hanya bisa diperoleh bagi siapa saja yang pernah tembus dan berkunjung ke Kilometer Nol Indonesia itu.
Sertifikat itu, ditandatangani oleh Wali Kota Sabang atas nama Pemerintah Republik Indonesia. Di dalam sertifikat itu, tercantum tanggal kunjungan dengan nama pengunjung serta asal daerah pengunjung itu.
Untuk mendapatkan Sertifikat itu, pengunjung harus membayar sebesar Rp30.000 yang dibayarkan langsung kepada penyedia sertifikat itu.
Setelah melakukan deklarasi kebangsaan di Kilometer Nol Indonesia, rombongan peserta Rakernas JMSI lalu meninggalkan lokasi itu sekira pukul 13.00 WIB dan bermalam di salah satu vila di Kota Sabang tak jauh dari Kilometer Nol Indonesia.
Sesuai jadwal, rombongan Rakernas JMSI akan meninggalkan Kota Sabang pada pukul 08.00 Wita kembali ke Banda Aceh dan selanjutnya kembali ke daerah masing – masing. ***